Assalamualaikum,
Apa kabar teman-teman, bagaimana di rumahmu apakah listrik sudah menyala?. Aku baca beberapa kabar dari teman-teman di media sosial, ada yang listrik sudah menyala dan tidak kembali padam sampai saat ini, alhamdulillah. Ada juga teman-teman yang listriknya masih padam selama 48 jam, Masya Allah.
Kita dihadirkan beberapa rentetan kejadian yang membuat diri sepatutnya bertafakur. Sebelumnya, adanya erupsi gunung di beberapa daerah seperti Tangkuban Perahu. Goncangan gempa bumi terasa di beberapa daerah beberapa hari yang lalu sampai pemberitaan mengabarkan bahwa bisa terjadi tsunami. Hal ini pun membuat banyak orang gelisah, tak terkecuali diriku. Membayangkan bagaimana jika terjadi gempa susulan di malam hari ketika sedang tertidur lelap, kepada siapa harus meminta tolong dan berlindung?.
Lalu matinya listrik nasional di beberapa daerah Indonesia yang berlangsung cukup lama, di daerahku sekitar 8 jam listrik padam. Ternyata hanya satu nikmat yang Allah cabut dan hanya beberapa jam saja, kita sudah kewalahan. Air di rumah habis, uang cash pun hanya memegang recehan, merasa kegerahan sepanjang hari, sinyal beberapa provider juga jadi kalang kabut. Bahkan kejadian orang berbondong-bondong membeli lilin, sampai di daerahku lilin di setiap warung sudah habis terjual.
Ada yang menjadi pembeda antara kita, yaitu reaksi. Apa reaksimu ketika rentetan kejadian itu terjadi?
- Mengeluh yang disertai bumbu sumpah serapah. Tentu, aku pun manusia yang wajar mengeluh, namun tidak etis rasanya aku mengeluh di media sosial yang bisa jadi ada orang yang tersakiti atas keluhanku. Orang-orang yang sanak saudara dan keluarganya sedang berjuang bertaruh nyawa di atas keluhan-keluhan dan sumpah serapah orang lain. Jika tidak mampu support dan mendoakan akan jauh lebih baik mengatakan keluhan itu cukup dalam hati saja.
- Bermuhasabah tiada daya upaya atas Kuasa Allah. Hilangnya hanya sangat sedikit dan hanya sebentar nikmat dunia kita sudah dibuat kelabakan karenanya. Goncangan bumi yang membuat gelisah dan panik, apa yang kamu ingat dan pikir ketika itu?. aku seperti dipaksa berpikir bahwa harta dunia tidak bisa aku lindungi dan melindungiku. Bisakah aku memboyong rumah, mobil, tv, yang selama ini aku upayakan? Ternyata sangat mustahil.Β
Ketika lampu padam, aku dipaksa membayangkan kegelapan hari akhir bahkan alam kubur, ekstrim gak sih? π’. Pada kenyataannya, ketergantungan hidup dengan kenyamanan dan kemudahan yang membuat kita lupa akan hal-hal yang ternyata hak tersebut adalah nikmat yang nilainya sangat berharga. Memang benar ya, kita merasakan keberhargaan sebuah nikmat setelah kita tidak merasakannya lagi. Allah tunjukkan Kuasa Nya, kini bumi sudah tenang dan listrik sudah kembali hidup, apa yang kamu pikirkan sekarang?.
Oia, aku membaca postingan IG seorang seleb Hijrah yang menurutku mengingatkan dan membuka pikiranku juga. Berikut aku share SS nya :
Berjaga-jaga, berencana memang harus kita lakukan, apapun nanti takdir yang Allah beri, usaha kita tidak akan sia-sia.
Diatasi semua itu dari rentetan kejadian yang kita alami bersama, aku semakin meyakini bahwa tidak ada tempat bergantung selain kepadaNya, Rabb Semesta Alam. Menurutmu sekarang apa yang akan kita lakukan?
Muhasabah yg luar biasa, Mba
Yap, kita harus bergantung hanya kepada Dzat Penguasa Alam Semesta
Setuju sekali mba..
Prepare for the worst sih ya emang perlu.. aku gak bisa banyak komentar.. karena gak mengalami kesulitan sprti yang dialami sodara2 di barat. Ketergantungan kita pada listrik memang sudah sangat tinggi dan kita sama sekali gak siap kalo ada gangguan yang gak terencana bgitu..
Betul mba.. segimana manusia berusaha tetaplah Allah yabg menentukan.. tetap hanya kepadaNya kita bergantung..
iya betul., padamnya listrik berjam-jam beberapa waktu lalu, cuma satu nikmat yang dicabut Tuhan, itu aja sudah ketar-ketir, hahaha..
Aku juga syurhat soal mati lampu ini di blog aku. Banyak cerita deh pokoknya.
Betul sekali mba.. banyak cerita ketika mati lampu dan banyak hikmah yang bisa diambil yaa..
alhamdulillah bacanya jadi adem. saat mati lampu kemaren, aku ga terlalu tersiksa. mungkin krna gemblengan waktu di luar pulau dan rutin pemadaman listrik. hanya bisa mensyukuri betapa nikmat saat listrik menyala dan bisa menjalani aktivitas dengan lancar π
Alhamdulillah.. masih banyak yang bisa disyukuri ya mba..
Saya masih menganggap wajar ketika ada yang mengeluh saat pemadaman lalu. Ya, mungkin karena bingung, karena gak biasa, makanya jadinya mengeluh. Manusiawi lah karena manusia juga tempatnya khilaf. Asalkan jangan sumpah serapah aja. Setidaknya masih bisa menahan diri kalau tidak sampai memaki.
Betul sekali mba.. sayapun sama tetap mengeluh tap yaa jangan sampai sumpah serapah π
Deep banget tulisannya mba,,, Meski aku begitu ketergantungan dengan pasokan listrik, air dan sinyal. Alhamdulillah pas kemarin hepi2 aja… aku malah termasuk orang yang menikmati karena bisa ngerasain kebersamaan bareng suami dan anak2 tanpa di ganggu gadget hehehe
Alhamdulillah mba..masih banyak yang bisa kota syukuri ya mba..
tes
Tess juga
So far sih, masih fine-fine saja dengan keluhan tapi nggak suka dengan sumpah serapah, ngomel gak berkesudahan. Adanya kejadian kayak gini setidaknya membuat kita jadi introspeksi ya menurutku. Seperti apa kita bisa bertahan tanpa ada listrik?
Betul sekali mba.. jadi bahan muhasabah yaa
alhamdulillah saat mati listrik kemaren, saya dan anak anak jadi banyak berkumpul dan kita kok ya masih beruntung prepare selalu.. alhamdulillaaah…
saya memang lahir di kalimantan yang minim air dan rawan kebakaran hutan
saya juga concern sama keadaan air, jadi selalu cerewet, air di beberapa ember selalu diusahakan terisi, aqua galon minimal ada 1 cadangan, stok makanan walau seadanya selalu ada, batere hape ga pernah sampe 10%, surat dan obat obatan selalu diusahakan dalam kondisi yang sekali ambil dapat
walau bukan dalam kondisi berada, tapi “cukup” itu satu kata yang mencakup segalanya, sesudah peristiwa ini semakin merenung dan bersyukur tanpa henti
Alhamdulillah masih banyak yabg patut disyukuri ya mba.. ternyata banyak hikmah dubalik mati lampu kematin terutama jadi dekap2an sama anak hihi
Masyaallah… Saya juga pernah membayangkan tuh mbak, gimana kalau listrik padam ya? Apakah kita telah siap?
Setuju mba.. membanyangkannya jadi ngeri2 sedap yaa.. hhii
Setuju, mba…sekuat apapun kita dan semapan apapun persiapan kita dalam menghadapi sesuatu, kita harus tetap bergantung kepada Yang Kuasa
Betul sekali mba..
Benar banget mbak, kita ga boleh bergantung pada manusia atau pun teknologi, bergantunglah pada Allah maka kita akan lebih mudah memaknai hidup dan mensyukurinya
Setuju bangeett mba π
Kok…?
Kita sama, kak?
Karena tetangga depan rumahku baru saja ada yang meninggal, jadi pas kejadian listrik padam, rumah kami bener-bener gelap. AKu gak punya lampu emergency dan hanya mengandalkan lilin. Ketika tidur, takut resiko kan yaa…lilin nyala, akhirnya kami matikan.
Lalu yang terbayang adalah liang kubur tempat pristirahatan terakhir manusia.
Semoga liangnya luas dan tidak ada hewan yang mengganggu. Dimudahkan menjawab pertanyaan malaikat di Alam Kubur.
Subhanallah~
Ya Allah.. bener yaa tempat bergantung.. tiada daya upaya memang kita ini apalah apalah remeh-remeh ranginang π’
Arie untung masyaaallah postingannya selalu mengingatkan tanpa menggurui.
Hehe iyaa mba π
Setiap kejadian memang bisa diambil hikmahnya ya, Mbak. Kejadian pemadaman listrik tiba-tiba tanpa pemberitahuan dalam jangka waktu yang lama, membuat saya sadar kalau sebenarnya kita harus banyak bersyukur dan jangan banyak mengeluh
Betul sekali mba.. masih banyak yang bisa kita syukuri dibanding mengeluh..
Pemadaman listrik jadi pembahasan yang gak habis-habis kemarin ya mbak, aku setuju nih sama tulisannya. Kalau aku berfikir kita sudah dikasih hidup enak sama Allah, tapi dikasih padam sebentar sudah ribut. Kalau aku dan keluarga mengambil hikmah dari ini semua jadi bisa ngobrol satu sama lain.
Setuju mba.. semoga terus jafi bahan muhasabah buat diri kita disetiap kejadian yaa..
Iya akan ada suatu masa listrik benar-benar mati dan lumpuh. Lalu jika itu terjadi siapkah kita menghadapi kejadian berat seperti itu? Tidak cukup hanya mengeluh dan menyalahkan PLN, butuh persiapan dini juga menghadapi semua itu.
Setuju sekali mba.. semoga kita siaapp
Ternyata mati listrik hanya setingan belaka mba demi apapun pemerintah sekarang mengorbankan rakyatnya miris tenaga aseng masuk Dan tumpah minyak ke laut utk menutupi
Innalillahi.. serius mba? Ya Allah semoga Allah lindungi negeri ini π’
Nah, apalagi di Balikpapan byaar pyeet malah jadi bagian gaya hidup, bahahaha
Jadi kalau mati lampu, rutinitas jadi sedikit berubah lah but not much.
… karena sudah sering terjadi, jadi merupakan bagian dari gaya hidup
Kalau tak ada mati lampu, bukan Balikpapan, namanya, mungkin Balikkanan, bahahaha
Tapi aku suka bagian ini:
… bermuhasabah tiada daya upaya atas Kuasa Allah
Ya ampuunn.. memang sepatutnya kita bersyukur bangey batu padam satu kali aja udah kalah kabut.. bagaimana saudara2 di pedalaman yaa.. huhuhu
Sebisa mungkin aku sekarang menghindari mengeluh di sosmed apalagi sumpah serapah. Jangan sampai deh π Mendingan instropeksi diri sendiri aja ketimbang nyari2 kesalahan orang lain atau pemerintah. Karena banyak juga ternyata orang yang lebih susah tapi lebih pandai bersyukur daripada kita.
Setuju sekali mba Sary.. lebih baik intropeksi dan jadi bahan muhasabah diri yaa..
Kalau sudah diliputi emosi, pasti lupa kalau semua yang terjadi adalah kehendakNya
Sekecil apapun itu
Bahkan mati lampu sekalipun
Semuanya terjadi sudah atas takdirNya
Tetapi kalau ngomong begini ke orang yang mengalami bakalan disemprot deh
Setuju mba.. jadi bahan muhasabah diri masing-masing aja..
Kemarin pas mati listrik aku sempet update status juga kalau yawdah mngkn emg harus isstirahat dlu dari aktifitas,yah beruntung yg hari itu drumah aja gak kebayang kalau lagi jalan mikirin gmn pulangnya krna krl gk jalan,pas bgt hari sabtu sebelumnya aku pergi berdua sama anakku naik krl mana jauh depok bintaro,anakku bisa nangis2 gk bisa pulang.bis jg susah,waktu itu cuma bisa bersyukur karena keadaannya aku lg drumah
Pas kemarin mati lampu masih bisa lari ke mall buat ngadem, klo nanti udah di alam kubur, mau lari ke mana coba, huhu.